2008/09/16

Munafik

Setelah lulus kuliah dan mendapatkan gelar sarjana S-1, saya pernah bekerja di sebuah perusahaan asing sebagai seorang technical sales. Walaupun kata technical tercantum, sebenarnya tugas saya lebih dititik beratkan kedalam tugas marketing. Salah satu tugas sampingannya adalah menjamu para customer demi hubungan baik atas nama perusahaan, dan biasanya jamuan dilaksanakan dengan cara menghibur para customer tersebut ditempat-tempat hiburan malam dikawasan Jakarta pusat. Hiburan macam apakah itu? Bisa saja hanya sekedar makan malam, karaoke, mengundang striptease atau membayar PSK untuk menghibur tamu.

Walaupun saya sendiri bukanlah termasuk kategori orang alim, namun hati kecil saya sebenar kurang suka dengan tugas sampingan seperti ini. Mungkin juga karena saya pribadi tidak suka dengan suasana dugem kehidupan malam. Beberapa teman kerja saya pernah mengomentari saya tentang hal ini, malah ada yang mengatakan saya sebagai orang munafik. Bukankah lebih baik nikmati saja apa adanya bersama bersama para customer yang dijamu, dari pada bathin tersiksa. Toh biaya hiburan juga ditanggung oleh perusahaan. Entah siapakah yang benar, tapi akhirnya saya berhenti dari pekerjaan tersebut setelah mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan.

Hingga sekarang saya masih bertanya-tanya tentang kata munafik. Kata munafik sendiri sebenarnya berasal dari bahasa arab munafiq yang kira-kira berarti orang yang bertindak berlawanan dari prinsip dan kata-katanya sendiri. Kalau ditinjau dari sudut pandang agama islam, maka prinsip tersebut adalah keyakinan dan hukum-hukum islam. Lalu apakah karena saya ikut minum bir (atau minuman beralkohol lain) untuk mendampingi customer yang minum, mengajak atau membayar perempuan untuk dinikmati orang lain demi alasan pekerjaan juga termasuk tindakan munafik?

Marilah kita berbicara tentang trend bulan ramadhan yang dilakukan demi “menghormati” bulan penuh berkah yaitu peraturan pemerintah daerah untuk menutup kawasan hiburan selama bulan ramadhan. Entah apa alasan melakukan pemberlakuan peraturan tersebut. Apakah demi menghormati bulannya, agama islamnya, orang yang berpuasa ataukah pelanggan yang sedang menjalankan ibadah puasa?

Saya pernah membaca beberapa buku agama tentang makna ramadhan. Salah satu makna bulan suci ini adalah mengajak umat islam untuk meningkatkan kualitas ibadahnya dengan cara training ibadah selama satu bulan untuk kemudian dijaga konsistensinya selama satu tahun kedepan. Dengan demikian grafik kualitas ibadah semakin tahun bertambah akan semakin meningkat.

Jika mengacu pada kalimat diatas, penutupan tempat-tempat hiburan malam bisa dikatakan bukan untuk menghormati umat yang berpuasa ataupun agama islam itu sendiri. Apalah artinya kebaikan dan ibadah yang dilakukan selama bulan ramadhan untuk pada akhirnya justru mengumbar nafsu kembali setelah bulan ramadhan lewat. Jika ada yang menyatakan bahwa penutupan tempat-tempat hiburan hanyalah demi menghormati bulannya saja, maka saya segera akan mengacungkan jari menyatakan persetujuan. Hanya saja mungkin banyak orang yang akan marah dengan pernyataan ini.

Apakah tindakan tersebut sama saja dengan perbuatan munafik? Lalu siapakah sebenarnya yang munafik? Pemerintah yang membuat peraturan, pelanggan, pemilik tempat, atau para karyawan yang mencari nafkah lewat tempat tersebut? Atau malah saya sendiri yang berbuat munafik dengan menulis unek-unek ini?

Walahualam.

NB. Beberapa teman pernah mengatakan bahwa minum minuman beralkohol (seperti bir) tidak berdosa asalkan tidak mabuk. Menurut saya ini hanya alasan pembenaran diri yang dibuat-buat, akan tetapi masih banyak orang yang mengaku muslim masih melakukannya. Selama sengaja tidak meminumnya, menggunakan alkohol untuk pelarut, minyak wangi, minyak gosok atau penggunaan sebagai penyedap masakan masih dibolehkan. Untuk kategori penyedap masakan, alkohol yang dicampur selama proses pemasakan akan menguap dengan mudah selama proses pemanasan. Berbeda dengan penambahan setelah masakan jadi apalagi dengan meminumnya secara langsung. Ini adalah pendapat saya pribadi.

1 komentar:

Andreas mengatakan...

waahhh... jarang2 aku ktemu orang indo yang pikiran sejalan dan logikal

terus nulis blog ya, aku suka bacanya, byk informasi