2008/12/27

Merry Christmas and Happy New Year

Tulisan diatas banyak ditemukan di sepanjang jalan di jepang, terutama disekitar pusat keramaian kota-kota besar pada hari-hari menjelang natal dan tahun baru. Malah jika anda tinggal di Jepang anda akan mendapatkan banyak penawaran dalam menyambut natal dan tahun baru, baik itu berupa penjualan kue dan pernak pernik natal ataupun acara pesta. Apakah ini merupakan suatu gejala masyarakat Jepang banyak yang tertarik memeluk agama Kristen? Terlebih dahulu mari kita bagi 2 ucapan diatas dalam topik pembicaraan masing-masing.


Suasana didepan stasiun Nagoya yang dihiasi ornamen bersuasana Natal

Merry Christmas
Boleh dikatakan orang-orang Jepang sebagian besar agnostik kalau bukan atheis. Kalaupun mau dikelompokkan menurut ajaran agama, mereka adalah penyembah berhala modern dalam artian kata memuja materi (baik berupa harta maupun ilmu pengetahuan). Lalu bagaimana bisa masyarakat Jepang ikut merayakan natal? Mungkin jawabannya adalah glamour dan meriahnya suasana natal yang merupakan produk budaya Eropa. Penjelasan lebih lanjut lihat sini.

Perayaan natal jaman sekarang menjadi produk kapitalis dan konsumerisme yang tentu saja menarik minat masyarakat Jepang terutama kaum mudanya yang materialistis. Anda akan mendapatkan beberapa ungkapan menarik di Jepang sehubungan dengan hal ini, misalnya saja malam natal (Christmas eve) adalah malam yang romantis untuk mengadakan candle light dinner bersama sang pacar.

Alasan lainnya adalah natal merupakan suatu peristiwa budaya yang cukup menarik untuk dirayakan bersama-sama. Sekali lagi ini adalah peristiwa budaya, bukan agama. Jadinya sah-sah saja bagi mereka yang non-kristen untuk turut merayakannya. Ada sebuah joke menarik tentang peristiwa budaya ini.
“Orang Jepang dilahirkan sebagai Shinto, menikah sebagai Kristen, mati sebagai Buddha”.
Maksudnya adalah orang Jepang ketika bayi dibawa ke Jinja (kuil Shinto) untuk diberi nama, menikah di gereja, ketika mati di kremasi secara Buddhisme.

Walaupun cuma kalimat candaan, tapi banyak orang Jepang yang mengikutinya. Taruhlah kita bisa mengerti kalau pemberian nama di kuil Shinto dan kremasi secara Buddhisme merupakan produk budaya Jepang lama (Shinto produk asli Jepang dan Buddhisme masuk Jepang akhir abad 6 M), menikah di Gereja juga merupakan produk budaya modern yang merasuki Jepang, terutama budaya Eropa yang lengkap dengan pernak pernik seperti gaun pengantin yang cantik hingga ucapan “you may kiss the bride” disukai kaum muda di Jepang.


Suasana natal di sekitar Tokyo Tower, lengkap dengan pohon natal dan illumination

Belum lagi kebiasaan baru memasang lampu kerlap kerlip yang bukan hanya menghiasi pohon natal saja. Lampu-lampu kecil yang disebut illumination ini banyak menghiasi berbagai pelosok untuk ikut serta memeriahkan suasana natal dan tahun baru. Efek lampu illumination biasanya disebut shoumei (照明), sehingga penggunaan kata illumination dengan tulisan katakana イルミネーション menempati penggunaan kata tersendiri.

Happy New Year
Acara tahun baru memiliki sejarah yang sangat berbeda dengan acara natal, walaupun ucapan selamat natal sering dipadukan dengan ucapan selamat tahun baru. Di Jepang sendiri setelah hari natal lewat, ucapan selamat tahun baru dilakukan dengan bahasa Jepang tanpa embel-embel christmas (クリスマス). Setelah natal lewat, tahun baru adalah acara yang berdiri sendiri (berbeda dengan penganut agama Nasrani dan komunitas Eropa). Ini adalah bukti bahwa perayaan natal bagi masyarakat Jepang non-kristen tidak berkaitan dengan agama.

Acara tahun baru Jepang dan China memiliki beberapa kesamaan, malah pada awalnya tahun baru Jepang dirayakan bersamaan dengan tahun baru Imlek. Seperti yang kita ketahui bahwa budaya Jepang, Korea, Vietnam dan beberapa negara lain banyak dipengaruhi oleh China, termasuk sistem penanggalan (kalender). Pada jaman restorasi Meiji tahun 1873, pemerintah Meiji menetapkan sistem penanggalan baru yang berdasarkan kalender masehi. Otomatis perayaan tahun baru yang semulanya dirayakan pada awal musim semi berubah mengikuti kalender masehi yang bertepatan pada tanggal 1 Januari. Walaupun demikian, perayaan tahun baru Jepang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan negara-negara lain yang juga menganut sistem penanggalan masehi. Beberapa diantaranya:

1. Saling mengirim kartu pos alias nengajo (年賀状). Di Negara barat dan Indonesia mungkin dapat dianggap seperti kartu ucapan natal dan kartu lebaran. Biasanya dikirim sebelum akhir Desember sehingga Pak Pos di Jepang dapat mengirimkannya sampai dirumah tujuan pagi hari tepat pada tanggal 1 Januari.


Nengajo tahun 2009 yang menurut kalender China merupakan tahun sapi

2. Pengaruh budaya China masih bisa terlihat pada pemberian Otoshidama (お年玉) atau didalam budaya China biasanya disebut Hongbao alias Angpao (amplop merah) dalam dialek hokkian. Kalau di China biasanya diberikan dalam amplop berwarna merah (sesuai dengan namanya), di Jepang tidak demikian. Warna amplop relatif bebas walau warna dasar amplop umumnya putih yang disebut pochibukuro (点袋) dan biasanya diatas amplop dituliskan nama sang penerima.


Beberapa contoh otoshidama (お年玉)

3. Jika dinegara lain kebanyakan melaksanakan pesta hura-hura menyambut tahun baru dengan pesta kembang api, di Jepang justru sebaliknya. Masyarakat Jepang kebanyakan lebih memilih berkumpul sesama keluarga, makan mie soba bersama, lalu sekeluarga pergi ke Jinja (kuil Shinto) atau Otera (kuil Buddha) untuk berdoa. Tahun baru merupakan hari untuk berkumpul dengan keluarga. Kalau di Indonesia menyambut hari lebaran adalah hari mudik, maka di Jepang hari mudik nasional adalah pada saat menyambut tahun baru.

4. Ada kebiasaan masuk Ofuro (berendam di bathtub) dipagi hari pada hari tahun baru yang disebut asafuro. Walaupun ada orang yang melakukannya diwaktu yang tak ditentukan, tetapi kebiasaan ofuro dipagi hari hanya ada pada saat tahun baru.

Ada beberapa ucapan selamat tahun baru di Jepang. Ingat, ucapan sebelum dan sesudah tanggal 1 Januari (tengah malam) tidaklah sama. Dibawah ini ada 2 contoh pengucapan selamat tahun baru.

- Sebelum tanggal satu biasanya mengucapkan:
良いお年を迎え下さい – Yoi otoshi wo mukaekudasai
Atau biasanya disingkat dalam pengucapan menjadi
良いお年を – Yoi otoshi wo

- Setelah tanggal satu biasanya mengucapkan

(新年)明けましておめでとございます。今年もよろしくお願いします
(Shin nen) akemashite omedeto gozaimasu. Kotoshimo yoroshiku onegaishimasu
Kadang disingkat menjadi
明けましておめでとございます – Akemashite omedeto gozaimasu.

Karena pada saat posting, tahun baru masih belum lewat maka saya mengucapkan:
良いお年を (Yoi otoshi wo)

5 komentar:

Anonim mengatakan...

tampaknya menyenangkan ya bisa menikmati culture jepang :) hehehe cumaaa.. mahalnya itu lah ga nahan hehehe (katanya sih) :P

Jessica Helmi mengatakan...

otoshidamanya lucu amaddddddddd....

mauuuuuuuuuuuuuuuuuuuu

bisa didapet dmana? cuma di jepang duank yah...

T_T

AndoRyu mengatakan...

@ryane
Budaya Jepang emang menarik untuk dinikmati karena keunikannya.
Soal mahal, itu bukan katanya. Emang kenyataannya biaya hidup di Jepang tinggi koq. Orang Jepang aja ngeluh barang mahal, apalagi gaikokujin (orang asing) kayak gue :P

@JeZzy
Kalau gue sih mau isinya dong.
Kalo di Jepang sih banyak, tapi kalo diluar Jepang gak tau yah, bisa pesan lewat internet kali.

Anonim mengatakan...

Meskipun telat,saya cuma pingin ngucapin met taon baru,moga sukses!:smile:
salam kenal..

AndoRyu mengatakan...

@riszal
Met Taon baru juga ding. Gak papa telat daripada nggak sama sekali.
Ma kasih udah mampir, lam kenal juga.