2009/02/08

Melamar kerja disaat krisis di Jepang

Bulan Januari hingga Maret adalah masa para mahasiswa tingkat akhir di universitas-universitas Jepang untuk melakukan 就職活動 (shuushoku katsudo), semacam kegiatan mencari kerja. Yang dimaksud tingkat akhir disini adalah tahun ke-3 bagi S1, tahun pertama bagi yang S2 dan tahun ke-2 bagi yang S3. Memang kebiasaan mahasiswa perguruan tinggi mencari kerja di Jepang dilakukan sebelum satu tahun jadwal kelulusan. Mahasiswa S2 di laboratorium penelitianku yang melaksanakan shuushoku katsudo sekarang direncanakan akan lulus pada bulan April tahun 2010.

Kegiatan ini agak berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya akibat situasi ekonomi yang kurang bagus karena tingginya nilai mata uang Yen Jepang di dunia. Otomatis banyak industri yang kolaps, pabrik tutup dan akhirnya PHK dimana-mana. Karyawan lamanya saja di PHK, bagaimana mau merekrut karyawan baru? Anak-anak mahasiswa S1 yang akan lulus April tahun 2009 nanti saja banyak yang kalang kabut akibat perusahaan yang telah menerima mereka tahun lalu terpaksa membatalkan rencana perekrutan akibat kebijakan pengurangan pegawai. Mau bagaimana lagi, terpaksa mereka mencari lowongan kerja baru sambil berkutat menyelesaikan skripsi TA mereka.


Sebuah kigyou setsumeikai yang diadakan universitas dengan mengundang berbagai macam perusahaan yang tertarik merekrut lulusan mereka


Bagaimana dengan pandangan perusahaan yang ingin merekrut karyawan baru lulusan perguruan tinggi? Tahun-tahun belakangan pasaran tenaga kerja di Jepang di kenal dengan nama 売り手市場 (urite shijou) atau seller’s market akibat banyaknya jumlah pekerja usia lanjut yang pensiun sehingga perusahaan membutuhkan banyak tenaga kerja baru sebagai pengganti. Ketika krisis ekonomi mulai melanda Jepang di pertengahan tahun 2008 pola perekrutan tenaga kerja tiba-tiba saja berubah terbalik menjadi 買い手市場 (kaite shijou) alias buyer’s market dan menyebabkan perusahaan sangat berhati-hari merekrut tenaga kerja baru.

Selain itu juga banyak HRD perusahaan yang mengeluhkan para pelamar tahun-tahun terakhir “lack common sense”. Pernah ada kejadian ketika sebuah perusahaan menyodorkan tawaran pekerjaan kepada seorang lulusan baru, jawaban penolakan yang didapat justru dalam bentuk e-mail keitai (hand-phone) disertai karakter emosi seperti   :P , dll.
HRD perusahaan lain menceritakan betapa dia pernah bertemu dengan seorang lulusan baru pada sebuah sesi wawancara mengatakan, “Bagaimana anda bisa tahu saya ini seperti apa hanya dengan wawancara 15 menit saja!”
Pada kesempatan lainnya HRD sebuah perusahaan apparel juga menceritakan seorang mahasiswi lulusan baru yang sedang diwawancara mengatakan, “Apakah perusahaan anda merupakan tempat bekerja yang menyenangkan? Tolong kasih tahu saya, apa saja yang dilakukan para staff untuk bersenang-senang.”

Bagaimana hal ini bisa terjadi? Menurut seorang konsultan senior HRD Fujikawa Takanori, para siswa tidak serius berkomunikasi dengan perusahaan mengacu pada perekrutan melalui internet. Seperti yang diketahui, sejak tahun 2000 penggunaan massif internet sebagai sarana komunikasi pelamar kerja dengan perusahaan menyebabkan para pelamar tinggal duduk dan mencari kerja lewat job search engine seperti rikunabi. Dengan cara seperti ini, para siswa cenderung kurang serius sewaktu melamar kerja dan terbukti sejak berlakunya metode ini jumlah pelamar yang menolak lamaran meningkat hingga 20 persen. Memang problem utamanya bukanlah dari pihak pelamar ataupun perusahaan yang dilamar, tetapi masalah komunikasi anata kedua belah pihak. Kalau anda tanya para mahasiswa pelamar tentang pemakaian internet sebagai sarana mencari kerja, tentu mereka akan menjawab, “Praktis!” Praktis dalam soal melamar atau praktis dalam hal menolak? Walahualam…..
Yang pasti, para lulusan yang memiliki keahlian/pengetahuan khusus dan spesifik tentu memiliki kesempatan yang lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya beserta pendapatan yang lumayan memuaskan.

Sumber:
- Dari berbagai macam media Jepang.
- Hasil obrolan dengan Takero, Dai, Uchida, dan Matsuyama (thank you guys).

NB. Melamar lewat internet hanya tahap awal saja, setelah disetujui oleh kedua belah pihak, mulailah sesi 企業説明会(kigyou setsumeikai) dan 面接 (mensetsu) beruntun hingga tahap akhir penerimaan karyawan.

Kosa kata:
就職活動 – Shuushoku katsudou = Aktivitas mencari/melamar pekerjaan
売り手市場 – urite shijou = Seller’s market, kondisi pasar yang lebih banyak pembeli (perusahaan) dari pada penjual (pelamar kerja)
買い手市場 – Kaite sijou = Buyer’s market, kebalikan dari Seller’s market
企業説明会 – Kigyou setsumeikai = Ajang presentasi untuk penjelasan mengenai perusahaan (visi, produk,dll) bagi para pelamar yang tertarik.
面接 – mensetsu = Wawancara

6 komentar:

krismariana widyaningsih mengatakan...

bikin perusahaan di belitung aja. atau toko buku. nanti aku sama oni, ngelamar di sana. hihihi. (nggak nyambung yak?)

btw, kupikir orang skrg mungkin mikirnya gimana caranya kerja yg dpt duit banyak, jd bs bersenang2.

AndoRyu mengatakan...

Toko buku? Kalau yg jagain oni, pada habis tuh buku sampulnya dibuka semua buat dibaca sendiri

*teringat pengalaman pribadi :D *

Seandainya banyak duit berbanding lurus dengan bahagia..... sigh

Anonim mengatakan...

hmmm kalo di jepang banyak lulusan sarjana ga ketampung di dunia kerja msh banyak lahan alternatif. Salah satunya adl dengan mengikuti jejak miyabi. Pasti laris tuh kalo dibuka pasar bintang2x bokep berpendidikan tinggi :mrgreen:

btw, musik lo kenceng banget pren. Gue ga nyadar tau2x gumbrang-gumbreng. Gue tutup dan langsung gue buka lagi dgn scanning ini musik keluar drmana :)

AndoRyu mengatakan...

@Tigis.
Kalau sampai pasar film bokep dibanjiri bintang2 bokep seperti loe bilang, bakalan jadi buyer's market dong. Kasihan, malah jadi kurang laku akibat kebanjiran produksi karena jumlah permintaan yang tidak signifikan dgn produksi.

Santai aja bro, lulusan sarjana di Jepang nggak bakalan nganggur kecuali dianya emang males nggak mau kerja. Paling kerjaannya nggak sesuai dengan minat dan latar belakang pendidikan doang.

btw, sorry deh. Gue udah bolak-balik nyari setting buat kecilin volumenya, nggak dapet2. Kalau kegedean, kecilin aja volume komputer secara manual atau di matiin tombol iPod nya.
Tapi lumayan khan buat olah raga.
Sport jantung maksudnya :D

Anonim mengatakan...

di labku, sama aja dengan kondisi di atas. Anak-anak master dan doktor yang mau lulus tahun depan juga sedang sibuk nyari kerja. tinggallah lab menjadi sepi:D

AndoRyu mengatakan...

Lab sepi memang sampai datang lagi mahasiswa baru. Ikutan nomikai perayaan kelulusan anak2 lab nggak?