"Kiape kabarnye,de jepun mikak lebaran juak ke???"
Arti: "Gimana kabarnya, di jepang kalian lebaran juga nggak???"
Muslim dan Muslimat yang belum pernah mengalami merayakan Idul Fitri di luar negeri, terutama di negara yang mayoritas penduduknya non-muslim, tentu bertanya-tanya seperti apa kondisi dan cara merayakannya. Seperti juga di Jepang yang notabene kebanyakan penduduknya beragama Buddha KTP alias Shinto abangan (tidak pernah ibadah ke Kuil Budha ataupun Jinja secara reguler kecuali ada perlu), umat muslim yang merayakan Idul Fitri mau tidak mau harus menyesuaikan diri dengan gaya hidup penduduk mayoritas.
Sebelum sholat Ied dimulai, para jamaah di luar ruangan Conference Hall Act City Hamamatsu yang tak kebagian tempat di dalam ruangan.
Tahun ini (lebaranku yang ke 4 di Jepang), perayaan Idul Fitri 1 Syawal 1430 H bertepatan pada hari minggu tanggal 20 September 2009 menyebabkan jumlah para peserta sholat Ied membelundak. Bagaimana tidak, hari minggu adalah hari libur yang bertepatan pada Gorenkyuu (hari libur beurutan 5 hari) dari sabtu hingga rabu menyebabkan banyak muslim yang bekerja ataupun sekolah memiliki waktu luang. Di kota tempatku tinggal sendiri yang panitianya menyediakan ruang Conference Hall di Act City cukup kewalahan menampung para jamaah sholat Ied sehingga banyak jamaah yang terpaksa sholat di luar ruangan. Malah menurut temanku yang ikut sholat Ied di Nagoya, penyelenggara mendapatkan ijin melaksanakan ibadah sholat di lapangan luar daerah terbuka yaitu Shirokawa Park. Sungguh hebat panitia sholat Ied Nagoya ini, untuk mendapatkan ijin ibadah dalam jumlah jamaah besar di dalam ruangan saja sulit, mendapatkan ijin pemda Nagoya untuk melakukannya di lapangan luar dengan resiko menarik perhatian orang banyak ternyata berlangsung dengan sukses. Anda tahu sendiri, di Indonesia saja intel bertebaran dimana-mana ketika orang ramai berkumpul mendengarkan ceramah atau pidato, apalagi di luar negeri yang notabene penduduknya mendapatkan pasokan informasi dari media barat yang penuh dengan isu terorisme dan isu pendatang gelap. Sukses buat panitia sholat Ied Nagoya!
Suasana setelah sholat Ied 1 Syawal 1430 Hijriah di Act City
Bagaimana dengan para muslim yang bekerja disaat lebaran, baik Idul Fitri maupun Idul Adha? Seperti yang kita ketahui, Jepang adalah negara industri yang sangat disiplin. Walaupun kita bisa saja minta ijin atau cuti di hari H satu atau setengah hari, tetapi jika skedul perusahaan sedang sibuk, jangan harap bisa memperoleh ijin. Hal yang sama juga berlaku bagi pelajar yang sedang menuntut ilmu di Jepang. Jika bentrok dengan waktu kuliah, silahkan bolos kuliah. Hanya saja tidak semua dosen yang terlalu ambil pusing dengan absen, jadinya pandai-pandai diri mengatur waktu. Kalaupun siswa yang bersangkutan masih bersekolah di SD, SMP atau SMU, mungkin dapat meminta pengertian guru sekolah bersangkutan. Karena itu, jika hari lebaran bertepatan dengan jadwal sholat Ied bisa dibilang merupakan berkah bagi mereka yang bekerja atau bersekolah.
Setelah sholat Ied, kira-kira apa yang dilakukan? Jika mengacu pada kondisi di Indonesia terutama di kampung-kampung, bisa dipastikan sangat meriah dipenuhi dengan ajang silaturrahmi antar tetangga, sahabat dan handai tolan. Di jepang (dan kukira sama dengan di negara berpenduduk mayoritas non-muslim lainnya), umat muslim biasanya berkumpul di Masjid (jika ada) atau rumah salah seorang kenalan sambil berbagi makanan khas lebaran yang jarang disantap seperti ketupat. Tahun ini aku sendiri ikut serta di Masjid untuk bersilaturrahmi bersama umat muslim lainnya (walaupun yang kukenal dari para jamaah hanya belasan orang). Di Tokyo sendiri biasanya pihak KBRI menyediakan tempat sholat Ied sekaligus ruang untuk bersilaturrahmi setelah sholat Ied atau juga Dubes RI untuk Jepang mengadakan open house, lengkap dengan sajian penganan khas lebaran juga.
Suasana setelah sholat Ied 1 Syawal 1430 Hijriah di Shirokawa Park, Nagoya (foto oleh Iwan)
Setelah itu barulah masing-masing orang pulang ke rumah dan menghubungi pihak keluarga di Indonesia, baik orang tua maupun sanak saudara dengan telepon ataupun lewat jaringan internet. Bagaimanapun juga, suasana lebaran bagi yang jauh dari orang tua terasa sepi. Karena itu berbahagialah bagi anda yang berlebaran di kampung halaman dan dapat langsung mencium tangan orang tua selagi sempat dan masih memiliki waktu. Aku sendiri hanya bisa membayangkan wajah kedua orang tuaku sambil bersilaturrahmi lewat telepon dengan beliau.
Akhir kata, saya mengucapkan selamat Idul Fitri 1430 H. Mohon ma'af lahir dan bathin jika ada kata yang salah selama saya menulis di blog ini. Semoga Allah SWT mengijinkan kita kembali bertemu dengan bulan Ramadhan yang penuh rahmat tahun depan.